Salah satu hal yang membuat kita
bersemangat untuk melakukan amal shalih adalah pengetahuan tentang
manfaat yang terkandung di dalamnya. Semangat itu semakin besar saat
kita berhasil menumbuhkan rasa cinta hingga dasarnya bukan lagi karena
manfaat atau kurang manfaat.
Sebaliknya, saat tidak memiliki
pengetahuan tentang manfaat suatu amal, hendak mengerjakan pun rasanya
sangat berat. Tidak ada motivasi. Malas. Enggan. Bahkan tak jarang yang
menolak dengan satu dan lain alasan.
Mendatangi adzan untuk shalat berjamaah,
misalnya, merupakan amalan unggulan. Ianya merupakan kebiasaan
oran-orang shalih lintas zaman. Satu langkah mendatanginya dijanjikan
sebagai pengampunan dosa sedangkan langkah lainnya merupakan kafarat
atas dosa-dosa yang dikerjakan.
Sayangnya, banyak kaum Muslimin akhir
zaman yang malas mengerjakan amalan ini. Seperti ada beban berat yang
mencegah atau tembok besar nan panjang yang menghalangi langkahnya
menuju masjid.
Seorang tabi’in yang mulia bernama Said
bin Musayyib pernah menuturkan, “Sudah tiga puluh tahun, setiap kali
muadzin mengumandangkan adzan, aku sudah berada di dalam masjid.”
Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad
bin Hanbal Rahimahullahu Ta’ala dalam al-‘Ilal wa Ma’rifah ar-Rijal dan
dikutip oleh Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam mensyarah Risalah
al-Mustarsyidin Imam al-Harits al-Muhasibi.
Apa rahasianya? Mengapa Said Musayyib
bisa istiqamah mendatangi adzan bahkan sebelum muadzin
mengumandangkannya? Apa yang menjadi pendorong hingga beliau istiqamah
melakukan amalan ini selama 30 tahun atau 360 bulan atau sekitar 10.000
hari? Alasan apa yang bisa kita kemukakan hingga beliau rutin mendatangi
sekitar 50.000 kali adzan sebelum muadzin mengumandangkannya?
Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah
menjelaskan hal ini dengan mengatakan, “Ini adalah puncak dari perasaan
diawasi oleh Allah Ta’ala. Sebab seorang hamba sahaya harus sudah siap
di hadapan tuannya sebelum dipanggil, bukan setelah dipanggil baru dia
datang.”
Sebuah perumpaan yang amat terang. Jika
kita seorang sahaya, bukankah menjadi kewajiban untuk bergegas saat tuan
kita memanggil? Dan jalan yang harus ditempuh agar bisa bergegas adalah
dengan bersiap diri. Jangan sampai saat dipanggil, seorang sahaya
justru sibuk dalam permainan yang tak bermanfaat secuil pun.
Wallahu a’lam
Sumber : Kisahikmah.com
Komentar
Posting Komentar