Syeikh As Sudais sampai sekarang masih menyetorkan bacaan quran pada Syeikh Ali Khudaifi di Madinah setIap bulan. Dan harus antri. Bagaimana kita?



الشيخ-السديس787

SUATU saat seorang imam shalat lail Ramadhan dari Madura yg ditugaskan di Masjid Depok tahun 2012 menyampaikan tausyIah tentang pentingnya Al-Qur’an.

Imam shalat itu menerangkan tentang surat al-Baqarah ayat 121

لْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

 

“Orang-orang yang Kami datangkan al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan sebenar-benar bacaan, merekalah yang beriman kepadanya dan barang siapa mengingkarinya maka mereka termasuk orang-orang merugi.” (QS: Al Baqarah : 121)

Seorang jamaah pengajian,  bertanya pada saya, “Ustadz apa hukumnya ikut komunitas One Day One Juz (ODOJ)?”

“Bagus, “ begitu jawaban saya. Tapi lebih bagus lagi kalau ada waktu satu jam untuk membaca al-Quran maka sisihkan setengah atau seperempat jam untuk belajar ilmu-ilmu membaca al-Quran yaitu; tajwid, makhraj, sifat huruf dll agar sempurna bacaannya.

Sekarang banyak muncul kesadaran berquran dengan ODOJ, ada One Day Half Juz, One Week One Juz, Rumah Tahfidz dll. Itu semuanya bagus dengan ilmu tajwid tentunya.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 121 di atas Allah menyampaikan pentingnya membaca al-Quran dengan sungguh membaca yaitu haqqa tilawatih (sebenar-benar tilawah).

Tanpa kata haqqa pun sdh menunjukkan sungguh-sungguh karena ada maf’ul mutlak yaitu tilawatih, apalagi ada kata haqqa. Artinya tingkatannya harus semakin sungguh sungguh dan serius.

Kita saja untuk menyampaikan sesuatu yang penting,  pasti ada penekanan intonasi atau menambah kata lain untuk menunjukkan serius.

Al-Quran juga demikian, dengan haqqa artinya membaca al-Quran itu harus serius, tidak sederhana, tidak biasa bIasa saja, asal baca.

KemudIian Allah juga berfirman

وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلا

 

“Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” [QS: Al-Muzammil : 4]

Kata وَرَتِّلِ adalah fiil amar, dan kaidah fiil amar adalah wajib. Wajib adalah yang melaksanakan mendapat pahala dan yang meninggalkan mendapat dosa.

Kemudian apa makna تَرْتِيلا?

Tartil adalah membaca sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu membaca al Quran yaitu tajwid, makhraj, sifat dan qira’ah.

Sehingga jangan pernah merasa cukup membaca al-Quran tapi tidak dengan tartil. Satu sisi memang sudah melaksanakan kewajiban membaca al-Quran tapi masih berdosa karena tidak dengan tartil.

Bagaimana kalau tidak usah membaca al-Quran karena belum bisa tajwid?  Maka dosanya dobel,  yaitu tidak membaca dan tak belajar tajwid.

Jangan beralasan sibuk, tidak ada waktu untuk belajar al-Quran. Seolah ada urusan lebih penting dari al-Quran atau seolah menganggap Allah tidak melihat, apa betul kita sibuk?

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam menyampaikan hadistnya

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

 

“Bacalah Al-Qur`an, sesungguhnya Ia akan datang pada hari kIamat memberikan syafaat bagi pembacanya.” [HR. Muslim, dari Abu Umamah Al-Bahili]

Rasulullah memilih kata sahabat itu sangat tepat. Sahabat itu lebih dari seorang teman. Kalau teman itu sekedar kenal nama, sambil lalu dan tidak mendalam.

Sahabat adalah teman istimewa, spesial dalam suka dan duka, sangat dekat dan akrab sekali. Sudahkah kita dekat dan akrab dengan al-Quran?

Sehingga di akherat nanti, saat mengaku bersahabat dengan al-Quran, maka diputarkan ulang video kita. Seolah al-Quran bertanya:

Begitukah kau membacaku?  Dengan bacaan seperti itu, kau mengaku bersahabat dengan ku? Dengan bacaan itu, kau minta safaatku?

Perlu mujahadah, pengorbanan dan kesabaran untuk belajar al-Quran. Para hafidz dan imam imam besar juga demikIan.

Adalah Imam Syeikh As Sudais sampai sekarang masih menyetorkan bacaan kepada Syeikh Ali Khudaifi di Madinah setIap bulan. Dan belIau antri.

Padahal beliau bisa saja memanggil Syeikh Ali Khudaifi ke Makkah dengan alasan tugas kerajaan. Tapi beliau menghormati ilmu dan gurunya.

Salah satu bukti keberislaman kita adalah juga mau berquran.  Dalam berquran, tentu membacanya tidak sekedar asal membaca tapi ada ilmunya dan perlu latihan terus.

Hari ini kita sangat mudah mencari ustadz, guru sebagai tempat belajar, sudahkah minta waktunya, kesediannya? Wallahu a’lam bish shawwab.*/Naspi Arsyad, Lc

Sumber Hidayatullah.

Komentar