يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ
لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya Malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6)
Banyak laki-laki yang ketika menikahi seorang perempuan, hanya mengharapkan pelayanan yang memuaskan, namun lupa untuk mengupgrade istrinya tersebut, baik dari segi wawasan, akhlak, keahlian, bahkan juga penampilan.
Sehingga begitu istrinya dirasa tidak lagi memenuhi harapannya, mulailah berangan-angan bisa menikahi wanita lain yang lebih kompeten. Apalagi kiri-kanan, di kondangan maupun di pengajian, semua rekan sudah menggoda dengan pertanyaan kapan nikah lagi.
Lha… Kalau hp memang gampang menggantinya dengan yang baru, tapi tentu tidak demikian dengan istri yang telah kau ambil ia baik-baik dari orangtuanya, dan ijab qabul antara kau dengan istrimu telah disaksikan oleh Allah dan para penghuni langit.
Mengapa kau tidak mendidik istrimu dan mengupgrade dirinya, tapi malah membiarkan istrimu downgrade bahkan berpikiran untuk meninggalkannya atau menduakannya?
Wahai suami, sungguh berat tanggungjawabmu di hadapan Allah kelak perihal istri yang telah kau pilih sebagai pendamping hidupmu. Apa saja yang telah kau lakukan untuk mendidik istrimu?
Adakah hapalan Qurannya bertambah sejak menikah denganmu? Adakah pemahamannya tentang keislaman meningkat karena kau ajarkan? Adakah perubahan karakter istri menjadi lebih sabar dan makin berakhlak mulia karena engkau mengajarinya?
Ataukah istrimu masih seperti dulu, bahkan lebih buruk, karena ia tidak percaya diri dengan penampilannya yang makin gemuk setelah punya anak, karena ia mudah marah disebabkan tak pernah engkau beri waktu untuk ‘me time’, atau karena ia tidak bisa mengaji, mengkaji, apalagi berkumpul dengan sahabat-sahabatnya disebabkan kau tak mau bergantian tugas menjaga anak dan mengurus rumah?
Atau jangan-jangan, istrimu berubah menjadi wanita ‘pembangkang’, tak mau mengurus anak, karena engkau memaksanya bekerja di luar, memaksanya membayari semua kebutuhan nafkah keluarga, dan tidak menjalankan kewajibanmu sebagai pemimpin?
Wahai Suami, sadari bahwa kau berkewajiban mendidik istrimu. Kau telah memilihnya dari sekian banyak wanita, maka luangkan waktu untuk berbicara hati ke hati dengannya, membicarakan masa depan, mengupgrade keislaman istrimu.
“Berwasiatlah kepada wanita dengan kebaikan. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau membiarkannya, ia akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berwasiat-lah kepada wanita dengan kebaikan.” (HR. Bukhari-Muslim)
Semoga tulisan yang sedikit ini bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar