Siapa manusia yang tidak menginginkan kesuksesan dalam hidupnya? Sukses yang terukur dari berbagai macam hal seperti jabatan, akademik, posisi dalam perusahaan, banyanya harta, keluarga, dan lain sebagainya.
Semua hal tersebut tentu adalah harapan-harapan yang diinginkan oleh setiap orang yang menjadi bagian dari kehidupannya di dunia. Hanya saja standart kesuksesan tersebut masih berkutat di aspek individu dan masalah-masalah dunia yang sementara saja.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin yang mengatur seluruh kehidupan manusia tentunya memiliki standart mengenai kesuksesan hidup manusia.
Manusia yang sukses dalam Islam tidak hanya diukur oleh harta dan posisi atau jabatannya saja melainkan ada standart lain yang Allah berikan. Harta dan jabatan dalam Islam hanyalah sementara.
“Sebaik-baik Manusia adalah manusia yang memberikan manfaatnya pada orang lain” (HR Bukhari)
Islam mengajarkan umatnya untuk bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Sebagai seorang yang beriman tentunya hal ini bukan lagi menjadi suatu yang harus dipermasalahkan, karena merupakan keharusan dan kewajiban.
Bahkan, memberikan manfaat pada manusia yang lain adalah kebutuhan, karena kita akan merasakan kebermaknaan jika apa yang kita miliki diberikan untuk menolong orang lain.
Apalagi jika seseorang tersebut memiliki banyak potensi dan segudang kemampuan, tentu saja akan lebih bermakna jika dapat membantu orang lain. Berikut adalah hal-hal yang membuat seorang harus memberikan manfaatnya.
Memberikan Manfaat Kepada Sekitar Adalah Kebutuhan
Namun, sering kali orang-orang lupa pada sekitarnya, dan berkutat hanya pada persoalan dirinya sendiri. Padahal dibalik usianya yang muda, banyak yang bisa dilakukan untuk memberikan suatu yang berarti di masyarakatnya.
Misalnya saja, memberikan barang-barang yang tidak digunakan pada orang yang membutuhkan, mengumpulkan uang jajan untuk memberikan bantuan sosial pada yang kurang mampu bersama teman-teman, mengajarkan belajar pada anak-anak yang kurang mampu, dsb.
Daripada uang jajang kita dihamburkan untuk suatu yang sia-sia, mengikuti kegiatan yang tidak bermanfaat, bernilai hedonisme semata, lebih baik digunakan untuk hal yang bermanfaat dan berpahala akhirat.
Jika dari muda sudah kita mulai untuk berjiwa sosial dan memberikan manfaat, tentunya saat di kemudian hari tidak sulit bagi kita untuk senantiasa memberikan manfaat bagi lingkungan kita.
Kita tidak akan berpikir panjang untuk bisa membantu sesama, mengangkat kaum yang lemah, dan mengoptimalkan apa yang kita miliki baik harta, kemampuan/skill, posisi, ataupun ilmu untuk dimanfaatkan demi kebaikan di masyarakat.
Mencontoh Apa yang Rasul Lakukan adalah Kewajiban
Menjadi seorang muslim yang bermanfaat kita bisa mencontoh bagaimana Rasul dan Para Sahabat yang memberikan harta yang dimilikinya, kemampuannya, dan waktunya benar-benar dimanfaatkan untuk kemajuan islam saat itu.
Tidak sedikit yang mereka berikan, begitupun manfaat yang dihasilkan bukan hanya saat itu melainkan lintas generasi.
Kita tidak perlu bangga memiliki berbagai prestasi yang tinggi, penghargaan yang banyak, kecerdasan, harta berlimpah, ilmu yang segudang andai hal-hal tersebut tidak memberikan kebermanfaatan bagi bangsa dan agama.
Itulah ukuran utama kesuksesan kita. Bukan hanya mendapatkan apa yang kita inginkan, mencapai impian-impian tertinggimu, namun seberapa manfaat yang dapat diberikan dari yang kita dapat capai.
Sukses, Karena Membangun Masyarakat
Jati diri kita sebagai seorang muslim adalah Khalifah fil Ard. Sebagaimana disampaikan oleh Allah lewat QS Al Baqarah : 30, bahwa Allah menciptakan manusia di muka bumi untuk menjadi Khalifah fil Ard.
Khalifah sendiri artinya pemimpin/pengelola. Berati kita memiliki tugas menjadi seorang pemimpin di muka bumi kita. Tugas-tugas mengelola masyarakat adalah sebagai berikut.
1. Menjadi Pemimpin
Selayaknya seorang pemimpin, ia memiliki kewajiban untuk menjadi teladan bagi yang lain, melakukan pembangunan, menjauhi dan menyelesaikan kerusakan. Ia bertugas untuk mengoptimalkan apa yang dimilikinya untuk melakukan yang terbaik atas amanah yang diembannya.
Begitupun sebagaimana manusia menjadi pemimpin di muka bumi. Dari sini tentunya jadi pengingat bagi kita bahwa manusia diciptakan bukan untuk main-main atau sekedar mampir menikmat apa yang ada di dunia, melainkan ada misi dari Allah yang telah diamanahkan pada kita.
2. Belajar dan Mempersiapkan Ilmu Pengetahuan
Jika kita adalah pemuda yang masih sekolah ataupun menjalani perkuliahan, tentunya suatu saat kelak lulus, pasti menginginkan karir yang sesuai harapan, semakin meningkat, dan berkembang.
Tapi kembali diingat bahwa itu bukanlah ukuran sukses yang utama. Ukuran yang utama adalah ketika dari apa yang kita lakukan dalam karir/profesimu mampu memberikan efek pembangunan di masyarakat.
Tentunya itu lebih bermakna dan membanggakan. Sehingga, suatu yang menjadi keahlian dalam karirmu, gunakanlah sebagai sarana kita menjalankan misi yang telah Allah amanahkan, yaitu Khalifah di muka bumi.
3. Mengoptimalkan Potensi Lewat Karir
Contohnya saja, jika ada seorang dokter maka berkewajiban menghidupkan kesehatan di masyarakat, membantu kaum yang lemah agar sehat dan sejahtera hidupnya, meminimalisir kecurangan atau korupsi atau maal praktek dalam kedokteran, mengembangkan ilmu-ilmu kesehatan, dan lain sebagainya.
Atau jika seorang pengusaha, maka bukalah lahan pekerjaan yang banyak dan halal bagi kaum yang membutuhkannya, karena dengan begitu kita akan mengurangi tingkat pengangguran, tingkat stress masyarakat, atau mengurangi kriminialitas.
Setiap profesi atau karir bisa menjadi sarana kita menjalankan misi hidup kita. Ukuran suksesnya bukan saat kita berhasil mencapainya, melainkan atas apa yang kita bangun, kembangkan, dan selesaikan masalahnya hingga menjadi sektor masyarakat yang lebih baik lagi.
4. Membangun Lewat Keluarga
Rumah tangga dan kehidupan rumah tangga dalam Islam tentunya juga sangat berhubungan dengan tujuan hidup manusia. Keluarga sakinah dan harmonis adalah bagian dari tugas dan tujuan manusia di muka bumi. Hal-hal dalam keluarga diukur sebagai kesuksesan jika dapat mencapai misi manusia yang sesuai dengan:
- Tujuan Penciptaan Manusia
- Proses Penciptaan Manusia
- Hakikat Penciptaan Manusia
- Konsep Manusia dalam Islam
- Hakikat Manusia Menurut Islam
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’Am : 32)
Kehidupan kita di dunia bukanlah apa-apa. Ada Masa Depan Akhirat yang akan kita hadapi nantinya. Jika ukuran sukses kehidupan kita hanya di dunia, tentulah itu bukan sukses yang sebenarnya.
Keselamatan di akhirat lah yang menjadi ukuran utama kesuksesan kita. Dan tentunya dengan berbekal amalan-amalan di dunia lah yang bisa menyelamatkan hidup di akhirat.
Kesempatannya hanya saat ini, ketika kita masih di dunia. Itulah kelak masa depan dan kesuksesan yang sesungguhnya. Bukan hanya kesuksesan di mata manusia, melainkan di dalam penilaian Allah.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr : 18)
Sumber: dalamislam.com
Komentar
Posting Komentar