Sedikit Tertawa Dan Lebih Banyak Menangis Jika Kalian Mengetahui
– Pernahkah kalian menangis dalam keadaan sendirian
dan menangis karena takut terhadap siksaan Allah ta’ala? ketahuilah,
bahwa sesungguhnya hal itu merupakan jaminan selamat dari neraka.
Menangis karena takut kepada Allah akan mendorong kita untuk senantiasa
istiqamah di jalan-Nya, sehingga hal tersebut akan menjadi perisai dari
api neraka. Nabi SAW bersabda:
Artinya: “Tidak akan masuk neraka
seseorang yang menangis karena takut kepada Allah sampai air susu
kembali ke dalam teteknya. Dan debu di jalan Allah tidak akan berkumpul
dengan asap neraka Jahannam“. (HR. Tirmidzi, Nasa’i 6, Ahmad, Hakim dan al-Baghawi)
Sedikit Tertawa Dan Lebih Banyak Menangis Jika Kalian Mengetahui
Artinya: “Dari Anas ra. berkata:
Rasulullah SAW berkhutbah, tidak pernah aku mendengar suatu khutbah pun
yang semacam itu karena amat menakutkan. Beliau SAW bersabda: Seandainya
jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, kalian pasti akan sedikit
tertawa dan banyak menangis. Anas berkata: Maka para sahabat Rasulullah
SAW menutupi muka mereka lalu menangis terisak-isak“. (Muttafaq ‘alaih)
Rasulullah, Abu Bakar r.a dikenal sebagai seorang sahabat yang sering menangis. Aisyah r.a berkata: “Sesungguhnya Abu Bakar adalah laki-laki yang hatinya lembut, apabila ia membaca al-Qur’an ia selalu menangis“.
Mengapa Harus Menangis?
Karena seorang mukmin, setiap kali ia
melihat dirinya banyak melalaikan kewajiban dan menerjang
larangan-larangan Allah, dia khawatir dosa-dosa itu akan menyebabkan siksaan Allah terhadapnya. Rasulullah bersabda:
Artinya: “Sesungguhnya seorang
Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah
gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang
durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas
hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya, maka lalat itu terbang“. (HR. Tirmidzi)
Ibnu Abi Jamrah rahimahullah berkata, “Karena
hati seorang Mukmin itu diberi cahaya. Maka apabila ia melihat pada
dirinya ada sesuatu yang menyelisihi hatinya yang diberi cahaya, maka
hal itu akan menjadi berat baginya. Hikmah perumpamaan dengan gunung
yaitu apabila musibah yang menimpa manusia itu selain runtuhnya gunung,
maka masih ada kemungkinan mereka selamat dari musibah-musibah itu.
aberbeda halnya dengan gunung, jika gunung runtuh dan menimpa seseorang,
umumnya dia tidak akan selamat. Kesimpulannya adalah bahwa rasa takut
seorang Mukmin terhadap siksa Allah itu lebih mendominasinya, karena
kekuatan imannyalah yang menyebabkan dia tidak merasa aman dari hukuman
itu. Inilah keadaan seorang Mukmin, dia akan selalu takut kepada siksa
Allah. Dia menganggap kecil amal shalihnya dan khawatir terhadap amal
buruknya yang kecil“. (Tuhfatul Ahwadzi, no. 2497)
Jika seorang mukmin melakukan
dosa, meskipun dosa itu sangat ringan, tapi ia melihatnya dosa itu bisa
menjadi besar, sehingga ia takut Allah akan menyiksanya. Maka
menangislah ia. Dengan melihat segala keagungaan dan mendengar nama
Allah, orang mukmin akan menangis dan bergetar hatinya.
Berbeda jika seorang yang durhaka, ia
akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang, tertawa
dengan terbahak-bahak, padahal orang yang banyak tertawa menunjukkan
kelalaian dan kerasnya hati serta susah menerima nasihat.
Lihatlah para Sahabat Nabi, begitu
mudahnya mereka tersentuh oleh nasehat. Tidak seperti kebanyakan orang
di zaman sekarang ini. Memang, mereka adalah orang-orang yang paling
lembut hatinya, paling banyak pemahaman agamanya, paling cepat menyambut
ajaran agama. Mereka adalah para Salafus Shalihin yang mulia, maka
selayaknya kita meneladani mereka.
Meskipun kita jauh seperti mereka,
keimanannya, ilmunya, kedekatannya pada Allah, keshalihannya, namun kita
juga adalah sama-sama hamba Allah yang kelak akan dimintai pertanggung
jawabannya selama kita hidup di dunia.
Jadikanlah akhirat
sebagai tujuan utama sehingga kita tidak akan mudah terlena dengan tipu
daya dunia, tidak menghiasinya dengan huru hara, kesenangan, penuh tawa,
dimana hal itulah yang akan membuat kita lalai, keras hati dan menjauh
dari Sang Pencipta. Ingatlah bahwa ada kehidupan yang lebih berat dan
nyata adanya, yakni kehidupan di alam kubur dan akhirat yang kekal
abadi.
Sumber : catatanmuslimah.com
Komentar
Posting Komentar