Inilah Alasan Mengapa Istri Sebaiknya Tidak Mengeluh Meskipun Pekerjaan Rumahtangga Sangat Berat


Sahabat Muslimah, menjadi seorang istri sekaligus ibu adalah suatu kemuliaan yang tidak dipandang rendah dalam Islam. Pekerjaan rumahtangga yang bisa dibilang sebagai pekerjaan yang tidak terlalu terlihat bentuknya karena tidak menghasilkan upah, namun justru akan terlihat saat tidak dikerjakan. Rumah menjadi berantakan, tak terawat, penghuninya tidak merasakan nyaman dan tidak tenang hati dan pikirannya.

Pekerjaan rumah yang cukup banyak dan terus menerus tanpa ada hentinya ada, mulai dari pakaian kotor orang-orang seisi rumah, setrikaan numpuk, lantai dan kaca berdebu, cucian kotor menumpuk, halaman penuh sampah dedaunan, rumput tumbuh di sekitar halaman rumah, harus menyiapkan makanan, mengantar anak-anak ke sekolah, membantu mengerjakan “PR”nya, dan segudang pekerjaan rumah lainnya yang tak ada hentinya dalam sehari.
Inilah Alasan Mengapa Istri Sebaiknya Tidak Mengeluh Meskipun Pekerjaan Rumahtangga Sangat Berat
Inilah Alasan Mengapa Istri Sebaiknya Tidak Mengeluh Meskipun Pekerjaan Rumahtangga Sangat Berat
Semua itu memang tidak terlihat, seolah rumah tampak rapi dan bersih itu sudah suatu keharusan dan kewajaran. Wajar jika banyak ibu rumah tangga dilanda stres, melihat pekerjaan yang terus-menerus ada dan tak berujung. Baju kotor setiap hari selalu ada, piring dan gelas kotor hampir tiap jam bertambah, lantai berdebu setidaknya pagi dan sore harus disapu dan dipel, belanja sayuran sampai memasak, setelah masak akan banyak lagi bekas perabotan yang kotor, belum lagi mengurus suami, merawat dan memenuhi kebutuhan anak-anak.

Inilah Alasan Mengapa Istri Sebaiknya Tidak Mengeluh Meskipun Pekerjaan Rumahtangga Sangat Berat

Sedemikian banyaknya pekerjaan rumahtangga yang harus dikerjakan, akan tetapi wahai para Istri atau  Ibu, jangan sampai engkau mengeluh kepada selain Allah, karena apa yang Engkau lakukan adalah hal yang luar biasa dan telah diperhitungkan ganjarannya. Semua pekerjaan dan pengorbananmu akan terbayar dengan keridhoan-Nya.

Inilah beberapa alasan yang luar biasa dan harus diketahui wanita (Istri atau Ibu) agar tidak mengeluhkan beratnya pekerjaan rumahtangga.

Merupakan salah satu bentuk jihad

hadits-jihad-wanita
Artinya: “Seorang wanita datang menemui Rasulullah kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan Allah. Apakah bagi kami kaum wanita bisa mendapatkan amalan orang yang jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda: “Barangsiapa di antara kalian yang tinggal di rumahnya  maka dia mendapatkan pahala mujahid di jalan Allah“. (Lihat Tafsir Al Qur’anul ‘adzim surat Al-Ahzab ayat 33)

Wanita yang berkarir di luar rumah bisa jadi berjihad juga bisa sebaliknya. Tergantung dalam konteks apa ia bekerja, apakah untuk menafkahi anak-anak dan keluarga karena suami telah tiada? Berkontribusi pada umat karena keahliannya yang sangat dibutuhkan? Atau hanya sekedar malu jika tidak bekerja karena lulusan perguruan tinggi dan hanya untuk menambah uang jajan supaya bisa shopping.

Sedangkan ibu rumah tangga yang full time jihadnya sangat jelas, mengurus anak di rumah, mengurus rumah dan menjaga harta suami, menjadi manajer di rumah, oleh karenanya meskipun cukup melelahkan dan seolah tidak berujung segala pekerjaannya, bahkan juga tidak bergaji, namun semoga Allah SWT mencatat setiap pekerjaan rumahtangga yang dilakukan dengan ikhlas sebagai ibadah bahkan jihad di jalan Allah.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Setiap jerih payah istri di rumah sama nilainya dengan jerih payah suami di medan jihad“. (HR Bukhari)

Sesuai dengan sunnah Rasul

Rasulullah bersabda:
hadis-wanita-sholihah
Artinya: “Sebaik-baik masjid bagi para wanita adalah diam di rumah-rumah mereka“. (HR. Ahmad)
Artinya tempat terbaik bagi wanita baik istri atau ibu rumah tangga yaitu rumah. Jika menjalankan perintah Rasulullah, berarti kita telah mengikuti sunnahnya dan dengan demikian, berdiam diri di rumah bisa bernilai ibadah.

Balasannya surga

Apabila segala urusan rumahtangga dijalankan dengan ikhlas, maka ganjaran yang paling pantas untuk para ibu rumah tangga adalah Surga Allah dan ia bisa masuk dari pintu mana saja yang ia mau.
Rasulullah SAW bersabda:
hadits-ganjaran-istri-yang-taat-pada-suami
Artinya: “Apabila seorang wanita (istri) selalu menjaga shalat lima waktu, berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, “Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka“. (HR. Ahmad)

Sesuai dengan fitrahnya

Perempuan yang menghabiskan waktunya di rumah untuk mengurus anggota keluarga (suami dan anak-anaknya) dan urusan rumahnya, berarti ia telah bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Dan semua itu akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Rasulullah bersabda:

hadits-wanita-adalah-pemimpin-dalam-keluarga-suaminya
Artinya: “Seorang wanita menjadi pemimpin (pengelola) atas semua anggota keluarga suaminya dan anak-anaknya serta bertanggung jawab atas mereka“. (HR. Bukhari dan Muslim)

hadits-wanita-shalihah
Artinya: “Maukah kamu aku beritahu tentang harta terbaik yang seharusnya disimpan oleh seorang hamba? Dialah wanita shalihah, yang membahagiakan ketika dipandang, yang menaati ketika diperintah, dan menjaga hak-hak suaminya ketika ditinggalkan“. (HR. Abu Dawud)

Nah itulah alasan kenapa menjadi ibu rumah tangga dengan segudang pekerjaan yang tak nampak jika dikerjakan dan telah menjadi suatu kewajaran, sehingga dipandang sebelah mata dan sepele ternyata memiliki nilai lebih dalam pandangan Islam. Allah menyamakannya dengan jihad fii sabilillah dan dibalas dengan Surga  jika kita ikhlas dalam menjalankannya.

Jadi, sebaiknya jangan mengeluh, jadikan semua itu sebagai ladang pahala, lakukan dengan ikhlas. Allah tidak akan pernah ingkar dengan janji-Nya. Segala pengorbanan, keringat dan lelah kita akan terbalas kelak di akhirat. Aamiin.

Sumber : catatanmuslimah.com
Ketika Abu Hurairah di Suruh Syaitan Membaca Ayat Kursi Menjelang Tidur Bacaan madani 7:17:00 AM Kisah Islami , Kisah Sahabat Nabi Ayat kursi adalah bagian ayat Alqur’an dari surah Al-baqarah yang merupakan ayat yang ke 255. Ayat ini disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ubay bin Ka'ab sebagai ayat paling agung dalam Al Qur'an. Isinya tentang keesaan Tuhan serta kekuasaan Tuhan yang mutlak atas segala sesuatu dan bahwa Ia tidak kesulitan sedikitpun dalam memeliharanya. Bacaan ayat kursi ini sering di anjurkan orang tua, ustadz maupun ustadzah kita untuk menghafal dan mengamalkan serta jadikan wirid sehari-hari, sebab banyak fadhilah yang terkandung didalam ayat kursi tersebut. Abu Hurairah r.a. pernah ditugaskan oleh Rasulullah Saw untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan. Namun kepintaran Hurairah memang patut dipuji, kemudian pencuri itu kemudian berhasil ditangkapnya. "Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah Saw," gertak Abu Hurairah. Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah, hingga kemudian ia pun merengek-rengek : "Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan." Maka pencuri itu pun dilepaskan. Bukankah zakat itu pada akhirnya akan diberikan kepada fakir miskin ? Hanya saja, cara memang keliru. Mestinya jangan keliru.Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan kepada Rasulullah Saw. Maka bertanyalah beliau : "Apa yang dilakukan kepada tawananmu semalam, ya Abu Hurairah?" Ia mengeluh, "Ya Rasulullah, bahwa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan," jawab Abu Hurairah. Lalu diterangkan pula olehnya, bahwa ia kasihan kepada pencuri itu,, lalu dilepaskannya. "Bohong dia," kata Nabi Saw: "Pada hal nanti malam ia akan datang lagi. Karena Rasulullah Saw berkata begitu, maka penjagaannya diperketat, dan kewaspadaan pun ditingkatkan. Dan, benar juga, pencuri itu kembali lagi, lalu mengambil makanan seperti kemarin. Dan kali ini ia pun tertangkap."Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah Saw," ancam Abu Hurairah, sama seperti kemarin. Dan pencuri itu pun sekali lagi meminta ampun : "Saya orang miskin, keluarga saya banyak. Saya berjanji besok tidak akan kembali lagi." Kasihan juga Abu Hurairah mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali dilepaskan. Pada paginya, kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah Saw, dan beliau pun bertanya seperti kemaren. Dan setelah mendapat jawaban yang sama, sekali lagi Rasulullah Saw menegaskan : "Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi." Malam itu Abu Hurairah berjaga-jaga dengan kewaspadaan dan kepintaran penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan teliti setiap gerak-gerik disekelilingnya sudah dua kali ia dibohongi oleh pencuri. Jika pencuri itu benar-benar datang seperti dikatakan oleh Rasulullah Saw dan ia berhasil menangkapnya, ia telah bertekad tidak akan melepaskannya sekali lagi. Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu-nunggu datangnya pencuri jahanam itu. Ia kesal. Kenapa pencuri kemaren itu dilepaskan begitu sahaja sebelum diseret ke hadapan Rasulullah Saw? Kenapa mau saja ia ditipu olehnya ? "Awas!" katanya dalam hati. "Kali ini tidak akan kuberikan ampun." Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, ketika tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri tumpukan makanan yang dia jaga. "Nah, benar juga, ia datang lagi," katanya dalam hati. Dan tidak lama kemudian pencuri itu telah bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah ketakutan. Diperhatikannya benar-benar wajah pencuri itu. Ada semacam kepura-puraan pada gerak-geriknya. "Kali ini kau pastinya saya adukan kepada Rasulullah Saw. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi kemari, tapi ternyata kau kembali juga." "Lepaskan saya," pencuri itu memohon. Tapi, dari tangan Abu Hurairah yang menggenggam erat-erat dapat difahami, bahwa kali ini ia tidak akan dilepaskan lagi. Maka dengan rasa putus asa ahirnya pencuri itu berkata : "Lepaskan saya, akan saya ajari tuan beberapa kalimat yang sangat berguna." "Kalimat-kalimat apakah itu?" Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu. "Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dipelihara oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sampai pagi." Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Hurairah. Agaknya naluri keilmuannya lebih menguasai jiwanya sebagai penjaga gudang.Dan keesokan harinya, ia kembali menghadap Rasulullah Saw untuk melaporkan pengalamannya yang luar biasa tadi malam. Ada seorang pencuri yang mengajarinya kegunaan ayat Kursi. "Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?" tanya Rasul sebelum Abu Hurairah sempat menceritakan segalanya. "Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia saya lepaskan," jawab Abu Hurairah." "Kalimat apakah itu?" tanya Nabi. Katanya : "Kalau kamu tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Dan ia katakan pula : "Jika engkau membaca itu, maka engkau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati syaitan hingga pagi hari." Menanggapi cerita Abu Hurairah, Nabi Saw berkata, "Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenarnya ia tetap pendusta." Kemudian Nabi Saw bertanya pula : "Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang bertemu denganmu tiap malam itu?" "Tidak Tau ya Rasulullah." jawab Abu Hurairah. "Itulah syaitan." Jawab Rasulullah Saw. Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Abu Hurairah dengan pencuri. Dari ulasan tadi bisa kita mengambil kesimpulan bahwa mewiridkan ayat kursi sebelum tidur, insya Allah kita tidak di dekati syetan maupun pencuri. Tentunya setelah kita berusaha dulu, tutup kunci pintu dan jendela khususnya bagi pencuri.

Disalin dari : http://www.bacaanmadani.com/2017/04/ketika-abu-hurairah-di-suruh-syaitan.html
Terima kasih sudah berkunjung.

Komentar