3 Prinsip Efektif Menggunakan Uang Belanja



3 Prinsip Efektif Menggunakan Uang Belanja
3 Prinsip Efektif Menggunakan Uang Belanja
            “Semoga Allah merahmati seseorang yang mencari penghasilan dengan baik, membelanjakan harta secara hemat, dan menyisihkan sebagai persediaan di saat kekurangan dan kebutuhannya,” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
 
            “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan beranjak dari tempat kebangkitannya di hari kiamat, sebelum ia ditanya tentang empat hal, yang di antaranya adalah: tentang hartanya dari mana ia memperoleh dan bagaimana ia membelanjakannya,” (HR. Tirmidzi)
 
            Efektif dalam menggunakan uang belanja menjadi sebuah keharusan. Segala jenis pembelanjaan yang dilakukan oleh keluarga hendaknya terhindar dari unsur yang sia-sia dan tidak berguna. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan masalah pembelanjaan keluarga, yaitu:
 
1.      Memastikan bahwa harta yang diperoleh adalah halal
Ada yang bilang “Mencari yang haram saja susah!” atau “Kalau dipikir-pikir dan ditelusuri, semua hal di dunia ini yang berkaitan dengan uang, lebih banyak haramnya kaliii, kita kan tidak pernah bisa memastikan uang yang kita terima tersebut sudah berputar ke mana saja dan dipegang siapa saja!”
Mungkin, kita tidak bisa memberantas kejahatan utuh 100%. Tapi, bagaimana bila kita diberi kemampuan untuk memberantas kejahata sebesar 50%. Mana yang akan kita pilih, kejahatan berkurang 0% alias tidak berkurang sama sekali atau berkurang 50%? Begitula kira-kira. Daripada berusaha mencari pembenaran dan pembenaran lebih baik bila kita berusaha untuk memberikan rizki yang halal bagi keluarga kita.
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui,” (Al-Baqarah: 188)
 
2.      Mencatat sumber-sumber pemasukan beserta besarnya
Ada beberapa orang yang menganggap bahwa mencatat pemasukan itu tidak penting. “Toh nanti juga akan digunakan!” atau “Aku tidak memiliki waktu untuk mengurusi hal-hal kecil semacam itu!” Begitulah kira-kira alasannya. Padahal, mencatat sumber-sumber pemasukan beserta besarnya adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri karena catatan tersebut akan membantu mereka dalam hal perencanaan keuangan di masa sekarang dan yang akan datang. Mencatat sumber-sumber pemasukan juga membuat kita tahu seberapa besar kemampuan finansial kita. Untuk bahasan ini, lebih lanjut akan dijelaskan pada bab cash flow dalam rumah tangga.
 
3.      Mencatat pengeluaran
Selain mencatat sumber-sumber pemasukan, juga harus dicatat jenis-jenis pengeluaran. Lagi-lagi, masih banyak yang menganggap mencatat pengeluaran sebagai hal yang kurang penting. “Ribet! Cuma gitu aja! Gak efektif!” dan beragam alasan lainnya. Padahal, mencatat pengeluaran sama pentingnya dengan mencatat pemasukan. Mungkin banyak para istri yang merasa tidak melakukan pembelanjaan dalam jumlah besar namun tiba-tiba uang yang ada di tangan habis. Sementara sang suami juga kaget karena baru beberapa hari yang lalu memberi uang kenapa dalam tempo yang singkat bisa habis? Tak jarang masalah tersebut bisa menimbulkan konflik antar suami istri. Suami menganggap istri terlalu boros sedangkan istri menganggap dia tak pernah membelanjakan uang pemberian suami untuk hal-hal yang tidak penting.
 
Referensi:
Ariefiansyah, Miyosi. 2012. Cash Flow Management untuk Awam dan Pemula. Jakarta: Laskar Aksara.
Ariefiansyah, Miyosi. 2012. Hartamu Hartaku Hartaku Punya Siapa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
 
Penulis:
Miyosi Ariefiansyah alias @miyosimiyo pemilik www. rumahmiyosi.com ini adalah seorang istri, ibu, penulis, dan pembelajar. 

Sumber : ummi-online.com

Komentar